
Ahmad Lukman Jupiter, Ketua Pansus Parkir DPRD DKI Jakarta, parkir liar di lahan milik Pemprov DKI beroperasi selama 21 tahun dan gelapkan pajak puluhan miliar. *ist
Jakarta, RIC – Saat Panitia Khusus (Pansus) Perparkiran DPRD DKI Jakarta melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap praktik parkir ilegal di beberapa titik di Jakarta Selatan, Rabu (24/09/2025).
Ketua Pansus Perparkiran Ahmad Lukman Jupiter telah mengungkapkan temuan mencengangkan di lahan milik Pemprov DKI seluas 4.300 meter persegi dikuasai oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan dijadikan kantong parkir selama lebih dari dua dekade tanpa menyetor pajak.
“Bayangkan, selama 21 tahun dikelola tanpa izin resmi dan tanpa bayar pajak. Hitungan kasar kami, potensi kerugian pendapatan daerah mencapai Rp37,8 miliar,” ungkap Jupiter saat sidak.
Dia juga menyebutkan, perhitungan itu didasarkan pada estimasi omzet parkir sekitar Rp50 juta per hari atau Rp1,5 miliar per bulan. Dari jumlah tersebut, kewajiban pajak yang seharusnya disetorkan ke kas daerah sekitar Rp150 juta per bulan.
“Kalau dikalikan 21 tahun, ya hilang Rp37,8 miliar. Itu jelas penggelapan pajak,” tegas Jupiter.
Sidak juga turut dihadiri Walikota Jakarta Selatan, Kasatpol PP, Kasudin Perhubungan, UPT Parkir, TNI-Polri, Suku Badan Aset Daerah Jakarta Selatan, hingga perwakilan Bapenda DKI.
Menurut Jupiter, adanya praktik parkir ilegal itu bisa berlangsung lama lantaran adanya pembiaran.
“Kalau lahan Pemprov DKI dikuasai tanpa kontrak resmi, tanpa sewa, itu rawan diserobot permanen. Kami khawatir ada keterlibatan oknum dari dalam. Karena itu kami sangat mendorong agar Gubernur berani mengevaluasi dan mengganti pejabat yang lalai,” ujar Jupiter.
Jupiter mendesak eksekutif untuk segera menindaklanjuti dengan langkah hukum. “Kami minta walikota dan jajarannya segera membuat laporan polisi. Ini bukan sekadar pelanggaran administrasi, tapi tindak pidana karena menggelapkan pajak dari uang masyarakat,” tegas politikus Partai Nasdem itu.
Ia juga menambahkan, Pansus Parkir DPRD akan terus mengawal agar tata kelola parkir di Jakarta lebih transparan, akuntabel dan berpihak pada kepentingan publik.
“Selain penindakan, kami juga mendorong perluasan digitalisasi pembayaran parkir resmi agar kebocoran PAD bisa ditutup,” kata Jupiter.
Dampak parkir liar tidak hanya memicu kemacetan, tetapi juga menimbulkan keresahan masyarakat, potensi pungutan liar (pungli), hingga kebocoran pajak parkir. Sidak itu, jelas Jupiter, untuk memastikan pengelolaan parkir berjalan sesuai aturan.
“Komitmen kami DPRD, melalui Pansus Parkir, akan terus mengawal agar tata kelola parkir transparan, akuntabel dan berpihak pada kepentingan publik,” tandas Jupiter. (as)