
Ketua Komisi IV DPR-RI Titiek Soeharto memyoal pernyataan Mantan Presiden Jokowi mendukung Prabowo - Gibran periode 2029-2034, belum memikirkan dua periode. *ist
Jakarta, RIC – Mantan Presiden Joko Widodo melontarkan wacana Prabowo – Gibran berlanjut hingga 2029 – 2034 dan didukung para relawan. Wacana itu langsung ‘dibantai” Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Siti Hediati Hariyadi.
Titiek, panggilan akrabnya, menyatakan Presiden Prabowo Subianto belum memikirkan dua periode. Pernyataan Titiek meningkatkan suhu politik nasional. Titiek menegaskan pemerintahan baru saja berjalan dan fokus utama saat ini menuntaskan program kerja, bukan berbicara Pemilu lima tahun mendatang.
Bagi sebagian pihak, komentar sederhana itu mungkin sekadar penyejuk. Namun bagi Pengamat Intelijen dan Geopolitik Amir Hamzah, pernyataan tersebut ibarat “serangan telak” ke Jokowi dan Geng Solo.
Jokowi Tetap Ingin “Berkuasa”
Dorongan dua periode bagi pasangan Prabowo–Gibran lahir dari pernyataan Jokowi yang secara terbuka meminta relawannya mendukung kelanjutan kepemimpinan mereka. Narasi ini seolah menjadi sinyal Jokowi ingin menjaga pengaruh politiknya pasca-lengser dengan menempatkan putranya Gibran Rakabuming Raka tetap di pusat kekuasaan. Jokowi ingin tetap menunjukkan dirinya masih berkuasa.
Terkait wacana tersebut, sejumlah kader Gerindra dan pendukung Prabowo menilai wacana itu terlalu dini. Mereka berpendapat kinerja pemerintah harus dibuktikan terlebih dahulu sebelum membicarakan pencalonan berikutnya. Titiek, yang memiliki posisi strategis sekaligus simbolik sebagai putri Presiden Soeharto, seolah mengartikulasikan kegelisahan itu di ruang publik.
Menurut Amir Hamzah, ucapan Titiek tidak bisa dibaca sekadar sebagai komentar pribadi. “Ini sinyal politik yang jelas,” ujarnya, Kamis (25/9/2025).
Amir menilai, pernyataan Titiek bahwa Prabowo belum memikirkan dua periode, berupaya meredam euforia relawan yang digerakkan Jokowi. “Ia mengirim pesan bahwa Gerindra dan Prabowo tidak bisa diatur ritme politiknya oleh pihak luar, termasuk mantan presiden,” kata Amir.
Menurut Amir, Jokowi terlihat ingin melanggengkan pengaruh melalui keberadaan Gibran. “Ini cara licik mempertahankan kekuasaan dengan memanfaatkan demokrasi,” ujarnya. Dengan menolak bicara soal dua periode, Titiek sekaligus menunjukkan bahwa Prabowo bukan bagian dari skenario perpanjangan kekuasaan Jokowi.
Amir juga menyinggung catatan pengkhianatan Jokowi kepada Megawati yang dulu mengusungnya. “Prabowo pasti belajar dari itu. Jokowi bisa menggeser siapa saja demi kepentingannya,” ujarnya, menilai Titiek menyampaikan peringatan halus agar Prabowo waspada.
Pernyataan Titiek Soeharto tampak sederhana, namun di baliknya tersimpan pesan strategis. Ia menandai batas antara kepentingan Prabowo dan manuver Jokowi yang ingin menjaga pengaruh lewat Gibran.
“Ini bukan sekadar komentar spontan, melainkan langkah terukur untuk menjaga kedaulatan politik Prabowo serta menegaskan arah 2029 sepenuhnya berada di tangan Presiden yang baru dilantik, bukan mantan Presiden ataupun relawannya,” pungkas Amir. *man