
Jumbara PMR X di Bumperta Cibubur dari 30 Juni sampai 2 Juli. *ist
Jakarta, RIC – Palang Merah Indonesia (PMI) DKI menggelar Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) PMR Ke – X se-DKI Jakarta kegiatan ini berlangsung di Kempi 2, di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Jambore, Cipayung, Jakarta Timur, Senin 30 Juni hingga 2 Juli.
Sebanyak 1.200 anggota Palang Merah Remaja (PMR) dari seluruh wilayah DKI Jakarta mengikuti kegiatan Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) PMR Ke-X Tingkat Provinsi yang diselenggarakan Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta.
Kegiatan ini selain peserta dari DKI Jakarta, Jumbara tahun ini juga diikuti oleh 25 peserta tamu dari lima provinsi lainnya, yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Bali.
“Melalui Jumbara ini, PMI DKI Jakarta ingin membentuk generasi muda yang tidak hanya terampil dan peduli terhadap sesama, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi terhadap tantangan global seperti perubahan iklim. Inilah bagian dari investasi kemanusiaan jangka panjang yang kami bangun sejak usia dini,” ucap Rustam Effendi, Ketua Pengurus PMI DKI Jakarta.
Masih menurut Rustam Effendi, dengan tema “Bersama Membangun Generasi Tangguh, Peduli dan Siap Hadapi Perubahan Iklim Menuju Jakarta Global,” kegiatan ini menjadi ajang pembinaan relawan muda yang menyenangkan dan bermakna. Para peserta juga didorong untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap kepalangmerahan dalam suasana kolaboratif dan partisipatif.
Acara tersebut juga dihadiri Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Marullah Matali dan sejumlah stakeholder lainnya.
Marullah sangat mendukung kegiatan ini karena sudah digelar oleh PMI yang ke-10 kalinya.
“Saya merasa gembira karena pesertanya cukup banyak. Mudah-mudahan ini merepresentasikan anak-anak muda di Jakarta yang mereka adalah siswa-siswi mulai dari SD, SMP, SMA di DKI Jakarta. Saya bangga,” ucap Marullah, di lokasi, pada pembukaan Senin (30/06/25).
Selain pelajar dari Jakarta, kata Marullah, ada juga peserta dari beberapa daerah seperti Bali, Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung.
Mereka mendapatkan undangan secara khusus dari PMI untuk ikut dalam acara tersebut dengan tujuan meninjau kegiatan agar bisa diterapkan di daerahnya masing – masing.
“Jumbara artinya bersilaturahim, berkomunikasi satu dengan yang lainnya dan itu paling penting bagi anak-anak kita,” tuturnya.
“BAKTI, mereka mungkin nanti akan berkeliling ke tempat-tempat yang harus mereka persembahkan kepeduliannya, boleh jadi ke panti-panti asuhan, boleh jadi mungkin ke tempat-tempat yang pantas untuk mereka lakukan dalam gerakan sosial di sana,” sambungnya.
Kemudian, lanjut Marullah, arti dari gembira adalah para peserta akan menjalani perlombaan untuk mewakili wilayahnya masing-masing.
Marullah mengakui mereka bakal menjalani kegiatan dengan proposional dan fair demi menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki kepedulian antar sesama.
“Jadi bukan seperti yang terjadi di beberapa tempat, misalnya sesuatu yang kita tidak inginkan, kompetisinya secara tidak fair atau yang biasa orang menyebutnya misalnya perebutan sesuatu terjadi perkelahian, tawuran dan sejenisnya,” ujarnya.
Marullah sangat bangga dalam kegiatan Jumbara ini bisa membawa nilai positif bagi peserta dan bisa mengeliminasi hal negatif.
“Saya kira poinnya itu, mungkin nanti akan ditambahkan oleh Pak Nanan dan Pak Rustam,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PMI Nanan Soekarna melanjutkan, lokasi Buperta merupakan tempat biasa anak-anak Pramuka berkegiatan kemah.
Ia pun bersyukur karena bisa berkolaborasi antara Pramuka dengan PMI.
“Kalau di Pramuka ada Siaga Penggalang, Penegak, maka di PMI ada PMI Mula, Madya, dan Wira. Kalau di Pramuka ada Dwi Satya Dasa Dharma, di kami PMI ada tujuh Prinsip Dasa dan Tiga Bhakti tadi,” tegasnya.
Ia berharap, anak-anak sekolah yang ikut dalam kegiatan Jumbara tahun ini bisa mendapatkan pengalaman demi bermanfaat bagi masyarakat khususnya di lingkungan rumah.
Nanan ingin menciptakan generasi emas 2045 sesuai dengan cita-cita Presiden Prabowo Subianto.
“Tahun 2045 kami sudah 90 tahun umurnya, tapi harapan saya 90 tahun masih bisa naik motor lagi. Sekali lagi, tadi saya katakan bahwa ini soal emotional cohesion dan spiritual cohesion, tapi fisik butuh. Nah, saya mohon mari sama-sama kita glorifikasikan niat bersama ini, membina manusia sejak dini,dari SD, SMP, SMA, dengan program Pramukakah, PMI kah,” tandasnya. (Asep)