Pelantikan pejabat di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Isu jual beli jabatan menyeruak, isu lama bagai menutupi bangkai yang akhirnya tercium juga. *Ist
BELAKANGAN ramai seputar isu jual beli jabatan di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Tidak sekadar bisik-bisik bahkan lebih dari itu, beredar video berisi jual beli jabatan. Meskipun berita di video dibantah, disebut hoax.
Lepas berita dalam video itu palsu, hoax, ada hal-hal yang semestinya menjadi perhatian pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Di lingkungan Pemda DKI Jakarta.
Di tengah promosi jabatan, ada pelantikan ratusan bahkan ribuan pejabat belum lama ini, di sana, ada resah dan gelisah yang mewarnai sebagian pegawai.
Dalam keresahan, mereka menanti dan menunggu kapan datang giliran mereka. Kapan lagi waktu, mereka punya kesempatan, punya peluang merintis jalan yang lebih baik, promosi.
Selama ini, mereka hanya berkutat di tempat sama, terabaikan sambil menonton teman-teman seperjuangan, seangkatan terus melaju menapaki tugas baru, jabatan baru, promosi.
Bahkan tidak hanya mereka yang resah, gelisah dan syok, ada pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pun heran dan bertanya tanya, ada apa dengan promosi jabatan yang berlangsung.
Mereka bertanya bukan tanpa alasan. Ada yang mengagetkan. Ada yang datang dan muncul di SKPD-nya tanpa diundang, tanpa diusulkan. “Mereka tiba-tiba muncul di tempatku padahal tidak pernah kita usulkan,” kata sumber realitasindonesia.com.
Kondisi ini, membuat suasana tidak nyaman, tidak kondusif di lingkungan kerja. Ada yang resah, gelisah bahkan sempat syok. “Saya sempat syok;” ujar seorang pegawai sambil bertanya apa akan terus begini nasibnya.
Situasi pegawai, suasana pegawai seperti ini, maka tidak berlebihan bila ada pesan dan harapan khusus dari Ketua DPRD DKI Jakarta Khoirudin dan Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah agar Sekda baru, Uus Kuswanto, merangkul semua pegawai, jangan hanya satu alumni.
Untuk melahirkan suasana yang baik, pegawai yang kompak dan satu dalam membangun dan melayani masyarakat Jakarta maka Sekda baru dan pimpinan SKPD harus benar memperhatikan bawahannya.
Pegawai yang dipromosikan harus benar-benar jelas kinerjanya, kemampuannya dan sudah berapa lama pengabdiannya. Jangan sampai yang menjadi pertimbangan promosi karena kedekatan, memuji-muji, sedaerah maupun karena sesama alumni.
Ada satu hal lagi yang sekan sudah biasa. Turun eselon. Pindahin orang atau geser pejabat tapi eselon turun. Lebih menyesakan karena tanpa alasan. Membenarkan yang biasa, bukannya membiasakan yang benar.
Semoga menjadi permenungan agar semua pegawai bekerja dengan penuh ceria, penuh kesatuan dan kekompakan dalam melayani warga Jakarta, bukan resah, gelisah apalagi syok dan menyesakan. Mari merenungkan. Hidup yang tidak direnungkan, kata Socrates, tidak layak untuk dihidupi. *
*andreas, pemred realitasindonesia.com