Walikota Jakarta Barat Uus Kuswanto gantikan Marullah Matali sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta. *ist
Jakarta, RIC — Sekretaris Daerah (Sekda) baru Pemerintahan Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, Uus Kuswanto, yang sedianya dilantik hari ini, Senin (1/12/2025), harus menata ulang internal Aparat Sipil Negara (ASN) agar benar-benar kompak dan satu dalam membangun dan melayani masyarakat Jakarta.
Hal ini penting agar tidak terjadi kelompok – kelompok atau klik-klik dalam tubuh ASN. Terlihat jelas dalam calon Sekda saat ini, ada kelompok – kelompok dalam tubuh ASN. Ada yang lebih suka kalau seorang Sekda bukan ASN alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Harapannya supaya lebih netral dalam mendorong karier seseorang.
Hal ini dikemukakan Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah kepada realitasindonesia.com, Senin (1/12/2025). “Mestinya seorang ASN sebagai pelayanan masyarakat dari alumni manapun harus menyadari dan memahami dirinya adalah pelayanan, entah itu ASN dari IPDN atau universitas lainnya,” tegas Amir.
Karena itu, untuk lebih berperan netral dan tidak melahirkan rasa tidak puas ASN dalam melaksanakan pelayanan maka hal yang harus dilakukan Sekda baru adalah proses promosi karier seseorang harus benar-benar jujur dan transparan.
Artinya, tambah Amir, seseorang naik jabatan harus jelas baik kinerja, pangkat dan persyaratan lain agar tidak menimbulkan kecemburuan yang muaranya muncul konflik dan klik-klik dalam tubuh ASN.
Dalam promosi jabatan, tidak cukup melihat pintar seseorang tetapi bagaimana kepemimpinan dan berbagai syarat lainnya. Bila buruk karakter kepemimpinan nanti yang muncul adalah merasa kuasa. Kata-katanya kasar tidak memotivasi bawahan tetapi justru kebencian walaupun hanya dalam hati bawahan.
Tidak hanya itu. Dalam pergeseran jabatan harus meningkat atau naik bukan menurun eselonnya. Dari IIB ke IIA bukan IIA ke IIB. Apalagi menurunnya golongan semacam ini tanpa alasan jelas. “Kita diam tetapi nyesek,” ujar seorang ASN.
Ketika ditanya apa takut protes kalau golongan atau eselon diturunkan? Jawaban sederhana dan bisa dipahami, bukan takut tetapi malas saja daripada menimbulkan persoalan baru. “Daripada ribut – ribut internal lebih baik diam meskipun nyesek,” tuturnya. (as)