
Achmad Baidowi, pengurus DPP PPP dan mantan Anggota DPR dua periode meramaikan bursa calon Ketua Umum PPP pada Muktamar ke X pada 2025. *ist
Jakarta, RIC – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menggelar Muktamar ke-X pada 27–29 September 2025 di Jakarta. Satu di antara agenda utama forum tertinggi partai itu adalah pemilihan Ketua Umum PPP periode 2025-2030.
Sejumlah nama yang mencuat sebagai kandidat antara lain petahana Plt Ketum PPP Muhamad Mardiono dan mantan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang baru-baru ini mendeklarasikan maju sebagai calon ketum.
Direktur Eksekutif Indomatrik Husin Yazid menyampaikan pandangannya terkait pelaksanaan Muktamar ke-X PPP yang akan digelar di Ancol Jakarta pada akhir September ini.
Ia mengatakan, pada Muktamar kali ini Partai Ka’bah tengah berada di titik persimpangan. Hasil Muktamar akan menentukan upaya penyelamatan PPP sebagai parpol Islam tertua di Indonesia.
“Saya kira, PPP membutuhkan sosok figur muda yang berkarakteristik pembaharu. Karena, lima tahun ke depan harus mampu mengembalikan partai ke Parlemen di Senayan,” kata Husin Yazid kepada wartawan, Jakarta, Rabu (17/9/2025).
Ia melihat sosok pembaharu tersebut ada pada figur Achmad Baidowi atau yang akrab disapa Awiek. Menurut Husin Yazid, Awiek relatif bisa berkomunikasi dengan semua kalangan di internal partai, baik di tingkat DPP PPP, DPW hingga DPC se-Indonesia.
“Awiek ini unik. Dia masih muda, tetapi sudah menjadi pengurus selama tiga periode di DPP PPP. Awiek juga pernah di DPR dua periode. Jadi, meskipun usianya tergolong muda, tetapi dia ini sudah sangat berpengalaman di DPR sebagai mitra pemerintah,” ucap Husin Yazid.
Selain itu, Husin Yazid menilai politisi PPP asal Jawa Timur itu juga terbukti mendapatkan suara dukungan terbanyak pada Pemilu 2024 lalu. Di mana ia tercatat sebagai Calon Legislatif DPR RI PPP yang mendapatkan suara terbanyak kedua nasional, yakni sebanyak 359.189 suara.
“Sosok Awiek yang luwes dalam berkomunikasi juga relatif disukai semua kalangan, termasuk dengan pemerintahan saat ini. Dia juga punya kemampuan yang bisa menyatukan semua faksi di PPP,” ujarnya.
Karena itu, ia memandang para Muktamirin besok sudah selayaknya berani menentukan sikapnya dalam memilih nahkoda baru di PPP lima tahun ke depan. Karena ini adalah momentum penentuan arah partai apakah PPP akan bangkit atau tenggelam lebih dalam lagi.
“Proses regenerasi atau suksesi kepemimpinan di partai merupakan hal yang alamiah dan sering terjadi dengan berbagai dinamika, konflik dan turbulensi. Meski demikian, proses suksesi dan regenerasi PPP harus mampu mengonsolidasikan partai bukan malah menghancurkan, apalagi sampai menyisakan konflik berkepanjangan.
“Kehadiran suatu kepemimpinan baru yang mampu mempersatukan berbagai elemen dalam tubuh PPP menjadi suatu keniscayaan. Untuk itulah, para pemilik suara PPP harus menyadari tanggung jawab sejarahnya masing-masing dalam upaya menyelamatkan PPP. Harus ada kesadaran bersama bahwa partai saat ini dalam kondisi terpuruk. Sehingga harus ada perubahan di pucuk kepemimpinan DPP,” katanya.
Husin Yazid menambahkan, ini adalah waktunya untuk melakukan pembaharuan secara fundamental dan menyeluruh. Semua kader harus secara sungguh-sungguh mengutamakan kepentingan partai, bukan kepentingan atau ego pribadi sesaat.
“Harus ada kesadaran kolektif untuk membangun kepemimpinan kolektif dan visioner. Kemudian yang terpenting menata ulang manajemen partai, serta menggariskan visi jangka panjang secara bersama-sama untuk kebesaran partai,” tandas Husin Yazid. *man