
Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah bersama Ketua DPRD DKI Jakarta Khoiruddin dan Pemred realitasindonesia.com. *RIC/kirman
Jakarta, RIC – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta harus berani merelokasi anggaran tahun 2025 termasuk alokasi anggaran Kunjungan Kerja (kunker) baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini penting agar dewan sebagai wakil rakyat menggunakan anggaran betul-betul manfaatnya bagi rakyat Jakarta.
Perjalanan atau kunjungan yang tidak penting atau tidak banyak dampaknya untuk rakyat, anggarannya direlokasi atau dialihkan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat, yang menjadi tujuan dan arah perjuangan dewan selaku wakil rakyat.
Hal ini ditegaskan Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah, Kamis (30/1/2025), terkait kebijakan pemerintah memotong anggaran yang tidak urgent sekaligus mengalihkan ke program atau kegiatan yang langsung dirasakan rakyat banyak.
Kunker dalam negeri, tutur Amir, yang sering sekali dilaksanakan, harus dilihat dan direnungkan kembali, apa untung dan manfaatnya buat rakyat Jakarta. “Dari tahun ke tahun, ada kegiatan kunker, apa dampaknya bagi rakyat Jakarta. Itu yang mesti direfleksikan,” kata Amir.
Begitu pula, lanjut Amir, bila ada yang namanya Sosialiasi Peraturan Daerah (Sosper), apa perlu dilakukan. Apa keuntungan langsung untuk rakyat Jakarta.
Kalau bicara ada Sosper, apa itu menjadi tugas dewan. Itu bukan urusan dewan. Sosialisasi Perda atau Sosper itu urusan eksekutif. Menjadi tanggung jawab dewan, menurut Amir, adalah proses pembuatan Perda. Ketika Perda sudah jadi, selanjutnya urusan eksekutif dan bukan lagi tugas dewan.
Karena itu, lanjut Amir, dewan perlu merefleksi kembali untuk melihat berbagai kegiatan, apa manfaatnya bagi rakyat Jakarta. Permenungan menjadi sangat perlu agar keberadaan dewan sebagai wakil rakyat, benar-benar berjuang untuk rakyat di tengah persoalan yang tidak ringan, masih banyak rumah kumuh, banyak orang kesulitan menyekolahkan anak dan berbagai kesulitan lainnya menghimpit kehidupan rakyat.
“Sukses Jakarta Untuk Indonesia”. Kalau motto atau slogannya seperti itu, seharusnya Jakarta maju, Jakarta sukses dan orang daerah datang belajar dan bukan orang Jakarta dalam hal ini dewan melakukan kunker ke daerah-daerah. (dre)