Ustadz Abu Bakar Ba'asyir melakukan safari bertemu dengan para tokoh nasional. Usai bertemu Jokowi lalu melakukan kunjungan ke DPR dan diterima langsung Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad. *ist
Jakarta, RIC – Siapa yang tidak mengenal Ustadz Abu Bakar Ba’asyir? Ulama kharismatik yang menorehkan fenomena sendiri saat pemerintahan Orde Baru dan masa pemerintahan SBY, kini kembali menarik perhatian. Ustadz Ba’asyir telah melakukan kunjungan kepada mantan Presiden Joko Widodo, di Solo, beberapa waktu lalu.
Terbaru, pada Kamis (30/10/2025), Ustadz Ba’asyir menemui Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad.
Terkait fenomena safari Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tersebut, Pengamat Intelijen dan Geopolitik Amir Hamzah menilai langkah Ba’asyir ini bukan sekadar silaturahmi biasa, melainkan bagian dari “safari dakwah Islamiyah” yang memiliki makna strategis dan simbolik.
“Kalau dilihat dari pola dan aktor yang ditemui —mantan Presiden, pimpinan DPR dan tokoh hukum— ini bukan pertemuan biasa. Ada pesan dakwah yang kuat, tapi juga ada dimensi politik yang halus,” ungkap Amir Hamzah dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (1/11/2025).
Safari dakwah ini merupakan bagian dari upaya rehabilitasi sosial dan rekonsiliasi simbolik antara ulama garis keras dengan elite politik nasional. Pertemuan dengan Jokowi menjadi simbol penyembuhan luka politik masa lalu, sementara kunjungan ke DPR dan Yusril berfungsi membangun jembatan komunikasi antar-komponen bangsa.
“Abu Bakar Ba’asyir tampaknya ingin menunjukkan dakwah tidak berarti permusuhan dengan negara. Tapi dari sisi intelijen, ini juga mengandung sinyal politik —upaya mengembalikan pengaruh moral dan jaringan pesantren Ngruki di ruang publik nasional,” ujar Amir Hamzah.
Kunjungan Ba’asyir ke para elite politik merupakan bagian dari proses normalisasi citra setelah bertahun-tahun dikaitkan dengan gerakan ekstremisme. Dengan menemui tokoh-tokoh nasional, ABB mencoba menunjukkan dirinya sudah bertransformasi menjadi ulama yang fokus pada dakwah damai dan nasihat moral.
“Kita lihat ada strategi baru dari Ba’asyir —dari konfrontatif ke dialogis. Ini positif, tapi negara tetap harus mengamati dinamika jaringan di bawahnya. Sebab, di dunia intelijen, perubahan taktik sering kali menyimpan arah baru yang belum terlihat,” telisik Amir.
Amir mengingatkan agar publik tidak bereaksi berlebihan terhadap safari dakwah ini. Pendekatan yang keras hanya akan memperkuat narasi persekusi dan memperdalam polarisasi.
Ia menyarankan agar pemerintah memfasilitasi ruang dialog terbuka antara ulama, tokoh politik dan aparat keamanan. Dengan begitu, pesan dakwah dapat berjalan tanpa menimbulkan ketegangan sosial.
Kegiatan Ustaz Abu Bakar Ba’asyir selama tidak menyalahi hukum dan tetap dalam koridor dakwah damai, sebaiknya negara bersikap bijak tapi tetap melakukan pemantauan untuk memastikan tidak ada mobilisasi yang mengarah pada agenda politik praktis.
Safari dakwah Ustaz Abu Bakar Ba’asyir menjadi fenomena menarik di tengah suasana politik nasional yang mulai cair pasca-pergantian pemerintahan. Langkah ABB menemui Jokowi, Dasco dan nanti Yusril, memperlihatkan adanya perubahan orientasi dakwah —dari resistensi menjadi rekonsiliasi.
Namun, bagi pengamat seperti Amir Hamzah, peristiwa ini juga menjadi momentum untuk membaca ulang bagaimana jaringan ideologis dan moral agama berinteraksi dengan kekuasaan politik di Indonesia.
“Ini bukan sekadar safari ulama senior. Ini juga refleksi bahwa kekuatan moral dan simbol keagamaan masih punya pengaruh besar dalam dinamika politik Indonesia,” kata Amir.
Tafsir dan Spekulasi Safari Ba’asyir
Setelah mengunjungi Jokowi dan Sufmi Dasco Ahmad, rencananya Ustaz Abu Bakar Ba’asyir akan berlanjut ke tokoh hukum nasional Prof Dr Yusril Ihza Mahendra.
Ba’asyir, yang kini berusia 86 tahun, dikenal sebagai sosok ulama yang teguh dalam prinsip dakwah Islamiyah. Namun, langkahnya yang mendatangi para tokoh politik menimbulkan beragam tafsir dan spekulasi di kalangan publik maupun pengamat.
Pertemuan pertama berlangsung di kediaman pribadi Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan tertutup sekitar 30 menit itu, Ba’asyir didampingi beberapa santrinya. Meski tanpa pernyataan resmi, pertemuan tersebut dikabarkan berlangsung hangat.
Sumber internal menyebutkan, Ba’asyir memberikan nasihat tentang pentingnya kembali kepada nilai-nilai ke-Islaman dalam kepemimpinan dan kehidupan sosial.
Usai dari Solo, Ba’asyir kemudian melanjutkan perjalanannya ke Jakarta. Ba’asyir diterima langsung Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, di Gedung DPRD, Kamis (30/10/2025). Dalam pertemuan itu, keduanya membahas isu persatuan bangsa, peran ulama dalam menjaga moral publik, serta hubungan antara agama dan kebangsaan.
“Silaturahmi ini bagian dari dakwah. Saya ingin menyampaikan pesan persaudaraan dan pentingnya menjaga moral bangsa,” ujar Ba’asyir kepada wartawan usai pertemuan.
Dalam agenda berikutnya, Ba’asyir dijadwalkan menemui Prof Dr Yusril Ihza Mahendra, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hubungan keduanya memang cukup dekat. Yusril pernah menjadi pengacara Ba’asyir dalam perkara hukum beberapa tahun silam dan hingga kini keduanya disebut masih menjalin komunikasi baik.
“Ustaz Abu ingin bersilaturahmi dan menyampaikan pandangan ke-Islaman kepada berbagai tokoh. Termasuk kepada Prof Yusril, yang dulu pernah membela beliau dengan niat kemanusiaan dan keadilan,” ujar salah satu pendamping Ba’asyir, yang enggan disebut namanya. *man