
FGD Soal RDF Rorotan Ditutup atau Diteruskan, dilaksanakan LP2AD, Kamis (10/7/2025), di Jakarta. *RIC/kirman
Jakarta, RIC– “Saya sangat menyesalkan dan kecewa dengan ketidakhadiran Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep. FGD ini membawa suara masyarakat terkait dengan keberlanjutan ITF atau RDF Rorotan,” ungkap Ketua LP2AD Viktor Napitupulu kepada wartawan, saat rehat dalam FGD dengan tema “RDF Plant Rorotan Tutup atau Dilanjutkan?”, Kamis (10/7/2025), di Jakarta.
Pernyataan Viktor bukan tanpa alasan. Menurutnya, Kadis LH Asep lebih cocok jadi pengusaha ketimbang jadi Kadis LH yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pernyataan Ketua LP2AD diperkuat pernyataan Pengamat Kebijakan Publik Amir Hamzah. “Jika diskusi mengambil tema soal persampahan, Kadis LH Asep tidak bakalan datang, siapapun penyelenggaranya. Kadis LH ini memang Kadis bermasalah,” tegas Amir, saat sebagai narasumber Sesi II pada FGD tersebut.
Bahkan Amir juga sempat berpesan kepada Staf Gubernur Prof Firdaus Ali untuk disampakan kepada Gubernur DKI Pramono Anung untuk segera mengganti Kadis LH Asep Kuswanto.
Begitu dengan pernyataan Ema, Ketua Bank Sampah Emas. “Beberapa kali menghubungi Kadis LH Asep tidak pernah dijawab, beda saat dengan Kadis LH sebelumnya, Isnawa Aji,” kata Ema yang juga menjadi narasumber pada Sesi II.
RDF Rorotan Penting
Menurut Viktor, FGD ini menjadi penting untuk memastikan kelanjutan operasional RDF Rorotan yang sudah dibangun dengan nilai anggaran mencapai Rp1,28 triliun.
Bahkan melalui diskusi ini, kami juga menghadirkan perwakilan warga dari Kelurahan Rorotan dan Jakarta Garden City (JGC) untuk menyerap langsung aspirasi mereka.
Masih menurut Victor dengan semakin overload-nya TPST Bantar Gebang, maka diperlukan solusi untuk mengatasi persoalan sampah di Jakarta yang mencapai sekitar 7.000 ton per hari.
“RDF Rorotan sebagai fasilitas pengelolaan sampah di perkotaan bisa menjadi solusi untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPST Bantar Gebang,” ujarnya.
Persoalan yang terjadi terkait RDF Rorotan pasti ada solusinya. Maka itu, segala aspirasi dari warga sekitar, perlu mendapatkan perhatian serius.
“Kenapa? Karena, RDF ini sangat diperlukan. Kedepan, biaya pembangunan RDF di wilayah kota lain di Jakarta, juga bisa dioptimalkan dengan catatan jangan sampai ada kendala operasional lagi. Biar operasional RDF Rorotan ini menjadi standar dan percontohan nasional,” bebernya.
Terkait RDF Rorotan sempat diujicoba dan langsung mendapat komplain dari warga karena polusi bau yang dihasilkan. “Ini menjadi masalah bagi warga di sana,” ujar Viktor.
Solusinya, lanjut Viktor, sampah yang bisa diolah teknologi RDF adalah sampah kering bukan sampah murni. “Bukan semua sampah yang diolah tapi sampah yang sudah dipilah dan bersifat kering. Bukan sampah sisa makanan,” terang Viktor.
Hambatan lainnya, masalah akses jalan ke arah lokasi. “Sampai sejauh ini belum ada hasil penelitian traffic manajemennya,” pungkas Viktor. *man