
Pengamat Intelijen dan Geopolitik Amir Hamzah. *RIC/kirman
Jakarta, RIC – Rencana kerjasama antara Brunei Darussalam, Malaysia dan Indonesia yang diinisiasi Razeedland Corporation terancam tertunda.
Rencananya, rancangan kerjasama tersebut dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, investasi dan chemical.
Perusahaan yang dimiliki salah seorang kerabat kerajaan Brunei Darussalam itu, menurut Juru Bicara The Collateral House Amir Hamzah, belum memenuhi kewajiban terkait penerimaan sertifikat collateral sebesar US $3 Milyar dari GCA.
Razeedland Corporation belum memenuhi bank statement. “Bank statement itu diperlukan karena pengelolaan sertifikat collateral yang dilakukan melalui sistim perbankan,” ungkap Amir.
Lalu, Razeedland juga belum memenuhi kewajiban untuk setor royalti kepada IHW sebagai owner rekening GCA.
“Apabila dia (Pangiran Razeed) sudah memberikan royalti dan bank statement, dipasti rancangan kerjasama bisa berjalan,” tegas Amir.
Jadi pemanfaatan dari GCA belum bisa direalisasikan karena dua hal di atas.
Selain itu, masih kata Amir, Pangiran Razeed juga belum menjelaskan posisi IHW dalam usaha kerja sama tersebut.
Begitu juga komunikasi dengan pihak Krakatau Steele belum disampaikan secara komprehensif kepada IHW.
“Namun terlepas dari itu, saya mengharapkan keterbukaan Razeedland Corporation dari Brunei Darussalam dapat mengilhami pemerintah dan dunia usaha di Indonesia untuk melakukan hal yang sama,” tandas Amir. *man